Fakta-Fakta Terkait Kostum Bali United

Seperti biasa, setiap kali menjelang bergulirnya Liga, klub-klub juga meluncurkan jersi baru dari tim mereka. Tidak terkecuali dengan klub pendatang baru sekaligus juara Liga 1 2017, Bali United. Pada peluncuran jersi baru tahun 2018, kostum Bali United sempat mendapat sorotan, kenapa?

Berikut adalah beberapa fakta mengenai kostum Bali United, klub kebanggan para Semeton.

  1. Diejek Mirip Koran

Bali United merilis kostum kandang berwarna dasar merah, kostum tandang berwarna putih, dan kostum alternatif ddngan warna hitam. Tidak ada yang aneh dari ketiga kostum tersebut selain 16 logo sponsor yang terpasang dan menjadi perbincangan publik kala itu.

Pada Liga 1 2019, ternyata logo sponsor yang ada dalam kostum Bali United bertambah lagi menjadi 18 logo sponsor. Logo-logo tersebut tersebar di bagian depan, belakang, hingga lengan.

Desain kostum tersebut kemudian berbuah ejekan dari netizen. Ada yang mengatakan kostum Bali United mirip Koran. Ada pula yang menilai kostum tersebut mirip reklame berjalan.

  1. Tak Tinggalkan Kearifan Lokal

Kendati mendapatkan nyinyiran dari sebagian netizen, manajemen Bali United mengaku jika telah mendesain kostum tersebut dengan sebaik mungkin. Mereka juga tidak ingin kostum kebanggaan tim mereka hanya menjadi etales sponsor namun harus tetap enak dipandang.

Nuansa Bali yang kental dengan kearifan lokal juga diserap energinya oleh Bali United dengan pemilihan warna dara Tridaru, yakni merah, putih, dan hitam sebagai simbol warna sudi di Pulau Dewata.

Dalam kostum tersebut juga terdapat gambar Barong Ket. Dalam mitologi Bali, Barong Ket adalah simbol dari kebaikan.

  1. Produksi Brand Lokal

Tidak hanya desain dengan nuansa kearifan lokal. Manajemen Bali United ternyata juga selalu memilih produsen lokal untuk memproduksi merchandise mereka. Sealin kostum atau jersi, jam dinding, topi, syal, gantungan kunci, dan merchandise lainnya adalah buatan produsen lokal.

Pilihan menggandeng produsen lokal dilatarbelakangi alasan manajemen tidak ingin kemudian suporter dibebani harga yang mahal setiap membeli merchandise jika menggandeng brand luar negeri. Selain itu, dengan memilih produsen lokal klub sama halnya telah membantu pertumbuhan ekonomi lokal.

  1. Laris Manis

Ejekan mirip koran ternyata sama sekali tidak mempengaruhi penjualan kostum Bali United. Pasalnya, setiap kali Bali United berlaga kandang, omset satu toko merchandise bisa mencapati 50 juta rupiah dan yang terbanyak adalah pembelian jersi atau kostum Bali United yang diejek mirip koran tersebut.

Selain itu, pembeli kostum Bali United tidak hanya Semeton atau suporter Bali United. Wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegara juga banyak membeli kostum Bali United tidak hanya untuk dikenakan sendiri namun juga sebagai oleh-oleh.

Perihal ejekan mirip Koran, manajemen Bali United tidak mau ambil pusing. Menurut mereka, “koran” itulah yang membuat bisnis mereka maju. Tanpa bisnis yang baik sepak bola juga tidak akan mampu terus hidup.

  1. Nama Punggung Irfan Bachdim dan Stefano Lilipaly Paling Laris

Dan menurut keterangan dari manajemen Bali United seperti yang dilansir dari kumparan.com, jersi dengan nama punggung Stefano Lilipaly dan Irfan Bachdim adalah yang paling laris hingga saat ini.

Ditambah dengan kehadiran Spasojevic yang menjadi idola baru Bali United. Jersi klub Serdadu Tridatu ini pun semakin banyak diminati.

Selain nama-nama pemain senior, nama pemain muda seperti Hanis Sagara dan Feby Eka Putra juga banyak diminati semeton. Terlebih Feby Eka Putra juga merupakan bagian dari pemain Tim Nasional U-19.